Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, atau yang lebih dikenal dengan Jokowi, memberikan penjelasan mengenai polemik utang kereta cepat Whoosh. Dalam penjelasannya, Jokowi mengungkapkan bahwa terkait masalah tersebut, dirinya dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab, namun ia memberikan latar belakang penting terkait pembangunan proyek ini.
Jokowi menjelaskan bahwa kereta cepat Whoosh dirancang sebagai solusi dari kemacetan yang selama ini menghimpit Jakarta dan sekitarnya, termasuk Bandung. Kemacetan ini bukanlah masalah baru, melainkan sudah terjadi selama puluhan tahun dan semakin parah dari tahun ke tahun.
Untuk memberikan gambaran, Jokowi mengungkapkan bahwa setiap tahunnya, Jakarta mengalami kerugian yang cukup signifikan, mencapai Rp 65 triliun. Jika kita melihat keseluruhan wilayah Jabodetabek dan Bandung, kerugian itu bisa lebih dari Rp 100 triliun per tahun.
Penanganan Kemacetan Melalui Transportasi Massal
Dalam rangka mengatasi masalah kemacetan yang terus mengganggu, Jokowi merancang berbagai proyek infrastruktur transportasi massal. Proyek-proyek ini meliputi MRT, LRT, serta kereta cepat Whoosh, yang diharapkan dapat menarik masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Dengan mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi, Jokowi berharap kerugian akibat kemacetan dapat berkurang secara signifikan. Dia menekankan pentingnya keberadaan fasilitas transportasi massal untuk mengurangi tekanan di jalanan yang selama ini dipenuhi kendaraan pribadi.
Jokowi juga menyatakan bahwa transportasi massal adalah layanan publik yang bukan ditujukan untuk mencari keuntungan. Keberadaan sistem transportasi ini lebih bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik dan mengurangi emisi karbon.
Investasi Jangka Panjang dalam Transportasi Massal
Meskipun ada biaya tinggi terkait dengan pembangunan transportasi massal, Jokowi menegaskan bahwa subsidi yang diberikan bukanlah bentuk kerugian. Sebaliknya, ia melihat ini sebagai investasi jangka panjang yang akan mendatangkan banyak manfaat di masa depan.
Contohnya, untuk proyek MRT, pemerintah daerah DKI Jakarta berbagi beban dengan memberikan subsidi sebesar Rp 800 miliar per tahun. Angka ini masih akan terus bertambah seiring dengan penyelesaian seluruh rute yang direncanakan, yang diperkirakan mencapai Rp 4,4 triliun dalam 12 tahun ke depan.
Jokowi juga menyoroti bahwa peningkatan jumlah penumpang di berbagai moda transportasi massal menunjukkan bahwa masyarakat mulai beralih dari kendaraan pribadi. Ini adalah tanda positif bagi keberhasilan program transportasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah.
Dampak Ekonomi Positif dari Proyek Transportasi
Lebih jauh lagi, Jokowi menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur transportasi massal memberi dampak positif bagi perekonomian. Contohnya, bertambahnya jumlah penumpang MRT dan kereta cepat Whoosh menunjukkan perubahan perilaku masyarakat dalam bertransportasi.
Pembangunan fasilitas transportasi ini tidak hanya membantu mobilitas masyarakat, tetapi juga menciptakan efek berganda yang positif bagi sektor ekonomi. Keberadaan kereta cepat, misalnya, berpotensi untuk menumbuhkan titik-titik pertumbuhan baru dalam perekonomian.
Selain itu, proyek ini juga berkontribusi terhadap peningkatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sepanjang jalur transportasi, sehingga menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.




