PT Sarimelati Kencana Tbk. yang mengelola brand Pizza Hut mengalami pergeseran signifikan dalam kinerja keuangan mereka. Di kuartal III-2025, perusahaan ini mencatat laba bersih sebesar Rp15,91 miliar, sebuah pencapaian yang sangat berarti dibandingkan dengan kerugian Rp96,71 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Perolehan laba ini menandai pemulihan yang diharapkan banyak kalangan, terutama setelah perusahaan menghadapi kerugian besar akibat pandemi Covid-19 serta dampak dari aksi boikot yang berkelanjutan. Meskipun tantangan yang dihadapi cukup berat, PZZA berhasil menunjukkan strategi yang efektif dalam meraih kembali pertumbuhan.
Berdasarkan laporan keuangan yang diakhiri pada 30 September 2025, PZZA mencatatkan penjualan neto sebesar Rp2,26 triliun. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 11,17% jika dibandingkan dengan tahun lalu, dan sebagian besar berasal dari penjualan produk makanan.
Peningkatan Penjualan dan Manajemen Biaya yang Efektif
Penjualan makanan menyumbang sebesar Rp2,14 triliun dari total penjualan. Sisanya berasal dari penjualan minuman, yang juga turut memberikan kontribusi signifikan. Strategi produk yang tepat tampaknya menjadi faktor kunci dalam meraih kenaikan penjualan ini.
Dari segi beban pokok penjualan, perusahaan mengalami kenaikan menjadi Rp690,27 miliar, naik dari Rp638,93 miliar di tahun sebelumnya. Meskipun meningkat, laba bruto tercatat berhasil naik menjadi Rp1,57 triliun, menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola struktur biaya mereka dengan baik.
PZZA juga berhasil menurunkan beban usaha, terutama beban umum dan administrasi yang turun menjadi Rp137,98 miliar. Demikian pula, pendapatan dari operasi lainnya menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan menjadi Rp46,19 miliar, menandakan bahwa ada diversifikasi yang berhasil dilakukan dalam sumber pendapatan.
Strategi Pengurangan Gerai dan Karyawan untuk Meningkatkan Efisiensi
Pembenahan kinerja yang dilakukan tidak lepas dari langkah-langkah pengurangan gerai dan karyawan yang diambil sepanjang tahun ini. Hingga akhir September 2025, jumlah gerai Pizza Hut berkurang menjadi 583, dari 591 di tahun sebelumnya, menandakan adanya pemangkasan yang strategis.
Pengurangan gerai ini tidak hanya berfungsi untuk mengurangi biaya, tetapi juga untuk memastikan bahwa operasional yang tersisa dapat berfungsi lebih efisien. Langkah tersebut menjadi bagian dari upaya jangka panjang perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan situasi pasar yang berubah pasca-pandemi.
Ditambah lagi, jumlah karyawan juga mengalami pengurangan, yang kini tersisa 4.245. Ini berarti perusahaan telah memangkas 222 karyawan sejak akhir tahun lalu, sebuah langkah yang menunjukkan keseriusan dalam mereformasi struktur organisasi demi kestabilan keuangan jangka panjang.
Prospek dan Tantangan yang Dihadapi PZZA ke Depan
Melihat ke depan, tantangan tetap ada, terutama dalam hal persaingan yang semakin ketat di industri makanan dan minuman. Meskipun PZZA telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan, mereka harus terus beradaptasi dengan perubahan preferensi konsumen yang kian dinamis.
Inovasi dalam produk dan layanan menjadi kunci untuk menjaga daya tarik dan mempertahankan pangsa pasar. Hal ini termasuk memperkenalkan menu baru, meningkatkan layanan pengantaran, dan memanfaatkan platform digital untuk menarik lebih banyak konsumen.
Selain itu, perusahaan juga harus terus berinvestasi dalam pemasaran dan strategi branding agar tetap relevan di mata konsumen. Upaya branding yang efektif dapat membantu memperkokoh posisi PZZA di pasar yang semakin kompetitif.




