Jakarta – PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) memiliki rencana ambisius untuk melakukan ekspansi bisnis dalam pengolahan limbah ke berbagai negara tetangga. Rencana ini memerlukan investasi besar, terutama saat manajemen juga tengah menyelesaikan proyek energi terbarukan dan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang semakin bertumbuh.
Untuk merealisasikan rencana tersebut, perusahaan yang dikenal dengan basis batu bara ini telah menyiapkan belanja modal mencapai US$ 600 juta, atau setara dengan Rp 10,04 triliun, dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Penggunaan belanja modal ini tentunya akan disesuaikan dengan kebutuhan guna mencapai pertumbuhan bisnis baik secara organik maupun anorganik.
Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa sektor batu bara perusahaan akan menjalani proses penutupan secara bertahap. “Meski bisnis batu bara kami masih berlanjut, cadangannya diprediksi akan habis dalam 1-2 tahun ke depan,” ungkapnya dalam acara TBS Redefine di Jakarta, Rabu (12/11/2026).
Dia melanjutkan bahwa langkah ini tidak hanya berfokus pada perubahan portofolio, tetapi juga tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. “Kami berkomitmen untuk menjalankan transisi ini dengan penuh tanggung jawab, baik dari segi lingkungan, tenaga kerja, maupun keberlanjutan ekonomi di sekitar lokasi tambang,” tegasnya.
Hingga tahun 2030, TBS Energi Utama berencana mengalokasikan sekitar US$ 600 juta untuk mendukung proyek-proyek hijau dalam tiga lini bisnis utama. Pendanaan ini diharapkan berasal dari berbagai sumber, termasuk dana internal, pembiayaan eksternal, dan potensi kerjasama strategis dengan mitra global.
Menjadi Pemimpin Energi Hijau di Indonesia
Transformasi dari batu bara ke energi hijau bukanlah tanpa rintangan. Menurut Juli, tantangan terbesar yang dihadapi adalah menyesuaikan model bisnis sekaligus mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten di sektor baru ini. “Kami perlu memiliki keberanian dan ketekunan untuk merubah model bisnis yang konvensional menjadi berbasis inovasi hijau,” tuturnya.
Tidak hanya itu, TBS juga harus pandai-pandai mengelola ekspektasi dari pemegang saham dan pasar modal. “Sebagai perusahaan yang terdaftar, kami berkewajiban untuk menjaga keseimbangan portofolio agar transisi dapat berlangsung tanpa mengorbankan kinerja keuangan dan kepercayaan investor,” tambahnya.
Dalam beberapa tahun ke depan, TBS menargetkan porsi bisnis batu bara dalam total pendapatan perusahaan akan terus menurun. Rencana ini bertujuan agar lini bisnis berbasis energi hijau sepenuhnya menggantikan kontribusi dari batu bara.
Mengintegrasikan Inovasi dalam Energi Terbarukan
Visi TBS Energi Utama adalah mendukung agenda pemerintah untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. Melalui inovasi di sektor energi baru terbarukan dan kendaraan listrik, perusahaan ingin menjadi bagian solusi untuk tantangan energi dan lingkungan. “Kami ingin menunjukkan bahwa kami bukan hanya pengembang bisnis, tetapi juga penggerak perubahan,” ujar Dicky Yordan, Presiden Direktur & CEO TBS Energi Utama.
Dicky menambahkan, proses inovasi akan mencakup berbagai aspek, mulai dari teknologi pengolahan limbah hingga pembangkitan energi yang ramah lingkungan. “Setiap langkah yang kami ambil bertujuan untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan menjamin masa depan yang lebih hijau bagi generasi mendatang,” katanya.
Melalui pendekatan ini, TBS berupaya membangun reputasi sebagai pionir dalam industri energi bersih di Indonesia. “Kami sangat optimis bahwa dengan komitmen dan upaya keras tim, kami dapat mencapai target yang telah ditetapkan,” imbuh Dicky.
Pentingnya Kolaborasi dan Keterlibatan Stakeholder
Selain inovasi dan investasi, pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak harus diperhatikan. TBS Energi Utama menyadari perlunya keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal dan pemerintah. “Kami berusaha untuk memastikan bahwa setiap pihak merasa terlibat dan mendapatkan manfaat dari transisi yang sedang berlangsung,” ujar Juli.
Kolaborasi ini juga melibatkan akademisi dan lembaga penelitian untuk memperdalam pemahaman mengenai teknologi baru yang dapat diterapkan. “Kerjasama dengan berbagai pihak akan mempercepat proses transisi kami, sehingga kami dapat beradaptasi lebih mudah dengan perubahan yang ada,” tambahnya.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, TBS juga berkomitmen untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru di area yang terdampak oleh penutupan tambang. “Kami ingin memastikan bahwa transisi energi tidak hanya menghasilkan lingkungan yang lebih baik tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya,” kata Juli.
TBS Energi Utama jelas memiliki strategi yang terarah untuk menyongsong masa depan energi yang lebih berkelanjutan. Melalui investasi, inovasi, dan kolaborasi yang tepat, perusahaan ini berharap dapat mengukir prestasi baru dan menjadi teladan dalam industri energi bersih di Indonesia.




