Dalam dunia kuliner, beras seringkali menjadi bahan yang diabaikan, tetapi tidak bagi mereka yang menghargai kualitasnya. Belakangan ini, beras termahal di dunia menarik perhatian banyak orang, termasuk para chef ternama yang berusaha menilai keunggulannya.
Chef Fujimoto, seorang ahli sushi dari Hong Kong, berkesempatan untuk mencicipi beras langka ini. Dengan keterbatasan waktu, ia menguji rasa beras tersebut hanya dengan waktu perendaman yang lebih singkat, tetap berusaha mendapatkan hasil terbaik.
Awalnya, Fujimoto merasa sangat positif. Dia menilai warna dan penampilan beras itu sangat menarik. “Warnanya bagus, bening. Saya suka,” ungkapnya dengan antusias. Istrinya, Ai, yang turut mencicipi, tak kalah mengagumi kualitas beras tersebut, “Wah. Berkilau,” ujarnya.
Dalam penilaian lebih dalam, Fujimoto membuat perbandingan yang unik. “Seperti berlian,” katanya, mengekspresikan bagaimana setiap butir beras terlihat menonjol, sebuah indikasi akan kualitas yang tinggi. Bentuknya indah dan aromanya seimbang, tidak terlalu kuat, makin menambah daya tariknya.
Saat ia mencicipi, ekspresi wajahnya menunjukkan kepuasan. “Rasanya sangat seimbang. Teksturnya bagus. Kelembapannya pas. Beras ini akan disukai semua orang,” katanya sambil tersenyum. Namun, dia juga mengakui bahwa harga beras ini terlalu mahal untuk dijadikan bahan di restorannya.
Chef Fujimoto menegaskan bahwa dia tidak akan pernah membeli beras ini untuk kegunaan kulinernya. “Tidak, tidak, tidak. Terlalu mahal, kami harus menaikkan harga tiga kali lipat,” ucapnya sambil tertawa. Lalu, ia berpikir bahwa beras berkualitas ini lebih baik disajikan sederhana, seperti dalam hidangan kaiseki, yang mendangkalakan keindahan rasa dari bahan tersebut.
Ia menjelaskan lebih jauh, “Saya rasa beras ini tidak terlalu cocok untuk sushi. Mungkin akan menjadi lembek jika dicampur dengan cuka.” Ini menunjukkan pandangannya yang dalam terhadap penggunaan bahan dalam hidangan yang rumit seperti sushi.
Sementara itu, Chef Nansen Lai yang juga pemilik beberapa restoran di Hong Kong, turut mencicipi beras tersebut dan memberikan pendapat yang sejalan. “Rasanya enak, dengan rasa dan cita rasa yang jauh lebih kompleks daripada beras restoran kami,” katanya dengan antusiasme tetap, meskipun akhirnya ia juga berpendapat bahwa harganya terlalu mahal.
Chef Lai menambahakan bahwa beras ini kurang cocok bila digunakan dalam hidangan bersaus kuat, yang bisa menutupi kompleksitas rasanya. Keduanya sepakat bahwa proyek Toyo Rice sangat penting sebagai motivasi bagi petani beras yang kini sedang berjuang dengan meningkatnya biaya produksi.
Mengapa Harga Beras Ini Sangat Tinggi dan Tempat Asalnya
Salah satu alasan utama mengapa beras ini dibanderol dengan harga tinggi adalah kualitas dan proses produksinya yang sangat teliti. Petani yang menghasilkan beras ini menerapkan metode budidaya tradisional yang memerlukan ketekunan dan perhatian. Hasilnya, beras ini memiliki cita rasa yang khas.
Beras ini berasal dari wilayah yang terkenal dengan tanahnya yang subur dan iklim yang mendukung pertumbuhan tanaman padi. Proses panen yang dilakukan secara manual juga menjadi salah satu faktor penentu kualitas beras ini, menjadikannya produk premium dengan permintaan tinggi.
Sejak lama, tradisi bertani di wilayah ini telah diwariskan dari generasi ke generasi. Keahlian para petani dalam menanam dan memanen padi inilah yang dapat menciptakan beras berkualitas tinggi. Proses ini mengharuskan mereka untuk menghormati alam dan mengikuti siklus pertumbuhan tanaman.
Kondisi cuaca yang baik juga berkontribusi terhadap kualitas beras. Ketika kondisi cuaca sempurna, biji-bijian dapat tumbuh lebih baik, menghasilkan aroma dan rasa yang tidak mudah ditemukan di beras lain. Oleh karena itu, kombinasi antara iklim dan tanah yang subur menciptakan keunggulan yang tak tertandingi bagi produk ini.
Bagaimana Cara Memasak Beras Berkualitas Tinggi?
Memasak beras berkualitas tinggi memerlukan perhatian ekstra agar cita rasanya dapat dinikmati secara maksimal. Pertama, penting untuk membersihkan beras dengan baik sebelum proses memasak. Mencuci beras dengan air dingin akan menghilangkan kotoran dan kelebihan zat tepung.
Setelah dicuci bersih, merendam beras selama beberapa waktu juga disarankan. Ini membantu beras menyerap air dengan baik dan memastikan tekstur yang tepat setelah dimasak. Waktu merendam dapat bervariasi tergantung pada jenis beras yang digunakan.
Ketika menyiapkan untuk memasak, menjaga perbandingan antara beras dan air sangat penting. Untuk beras berkualitas seperti ini, perbandingan yang tepat adalah kunci untuk menciptakan kelembutan dan kelembapan yang pas. Biasanya, perbandingan satu bagian beras dengan dua bagian air dapat menjadi titik awal yang baik.
Proses memasak juga memerlukan pengaturan api yang tepat, karena beras ini lebih sensitif terhadap suhu. menggunakan api kecil setelah mendidih merupakan cara terbaik untuk memastikan beras matang dengan baik tanpa terbakar.
Mendalami Cita Rasa Beras dalam Hidangan
Cita rasa beras berkualitas tinggi ini dapat terasa lebih nyata ketika dihidangkan dengan cara yang tepat. Banyak chef percaya bahwa beras seharusnya disajikan tanpa campuran yang terlalu kuat, agar rasa alaminya dapat bersinar. Mungkin cukup dengan sedikit garam atau mentega.
Paduan dengan hidangan sayuran segar atau ikan pun dapat meningkatkan pengalaman rasa. Memadukan beras dengan bahan-bahan organik membuat setiap suapan menjadi lebih kaya. Kesederhanaan dalam menyajikan beras ini sepertinya menjadi pilihan yang ideal.
Dalam hidangan kaiseki, beras sering kali dijadikan bagian terakhir dari makan. Hal ini memungkinkan tamu merasakan kelezatan dari setiap komponen sebelum menikmati beras yang lezat. Penyajian yang cermat juga menjadi penting agar setiap elemen makanan dapat menghormati satu sama lain.
Dalam budaya makanan Jepang, beras bukan hanya sekadar bahan, tetapi juga simbol penting. Menghargai nilai cita rasa beras dengan cara yang tepat adalah bentuk penghormatan terhadap tradisi dan keterampilan petani. Menikmati beras berkualitas tinggi adalah pengalaman yang tidak hanya menggugah selera tetapi juga mengedukasi mengenai nilai-nilai budaya.




