Pendidikan keuangan menjadi salah satu topik penting yang sering diabaikan, padahal pemahaman yang baik dapat membantu seseorang dalam menghadapi tantangan keuangan. Raline Shah, seorang aktris dan Staf Komdigi, berbagi wawasan dalam acara LPS Financial Festival di Medan mengenai bagaimana cara bijak dalam mengelola uang.
Dia menjelaskan bahwa manajemen keuangan yang bijaksana berawal dari kondisi mental yang tenang. Dengan memahami kebutuhan dan keinginan, kita dapat membuat keputusan yang lebih rasional terhadap pengeluaran.
Raline membedakan kebutuhan menjadi tiga kategori: primer, sekunder, dan tersier. Kategori ini membantu kita dalam mengenali apa yang benar-benar kita butuhkan dan apa yang hanya merupakan keinginan semata.
Mengenal Tiga Jenis Kebutuhan dalam Manajemen Keuangan
Kebutuhan primer mencakup hal-hal dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian. Ini adalah kebutuhan yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar kita bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.
Selanjutnya, kebutuhan sekunder terdiri dari barang-barang yang meningkatkan kualitas hidup tetapi tidak esensial. Misalnya, ponsel, komputer, atau transportasi, yang meski penting, bukanlah prioritas utama.
Terakhir, kebutuhan tersier adalah barang mewah yang tidak dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Ini termasuk barang-barang yang sering dibeli untuk menampilkan status sosial, seperti perhiasan mahal atau mobil sport.
Pentingnya Klasifikasi Kebutuhan untuk Pengeluaran yang Bijak
Dengan mengklasifikasikan kebutuhan, kita dapat merencanakan keuangan dengan lebih baik. Raline menyarankan agar sebelum berbelanja, kita bertanya pada diri sendiri tentang kategori kebutuhan barang yang ingin dibeli.
Dia mengungkapkan bahwa seringkali, hawa nafsu untuk memenuhi kebutuhan tersier didorong oleh faktor sosial dan gengsi. Perasaan tersebut dapat menjerumuskan kita ke dalam pengeluaran yang tidak perlu dan berujung pada stres.
“Sebelum mengambil keputusan untuk berbelanja, penting untuk menyadari bahwa tidak semua yang kita inginkan adalah kebutuhan,” ujarnya. Dengan cara ini, kita bisa menjaga keseimbangan dalam pengeluaran dan menghindari rasa bersalah setelah belanja.
Perasaan Miskin yang Dipengaruhi oleh Gaya Hidup Orang Lain
Raline juga membahas fenomena ‘fear of missing out’ atau FOMO, yang sering disebabkan oleh perbandingan gaya hidup. Ketika melihat orang lain yang lebih sukses atau menggunakan barang-barang mahal, kita dapat merasa tidak cukup dan terbawa emosi untuk mengikuti jejak mereka.
“Kita perlu menemukan kebahagiaan dalam diri sendiri, bukan dari barang-barang yang kita miliki,” tegasnya. Penting untuk memahami bahwa kepuasan tidak dapat diukur dari faktor eksternal, melainkan dari pencapaian dan kondisi internal kita.
Banyak orang terjebak dalam lingkaran konsumsi yang berlebihan, hanya untuk mengejar kebahagiaan yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Raline mengingatkan pentingnya untuk jujur pada diri sendiri mengenai apa yang sebenarnya membuat kita bahagia.