Menteri Keuangan baru-baru ini mengingatkan tentang potensi ancaman pembekuan di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dalam situasi yang semakin menantang ini, ia tetap optimis bahwa para pegawai di institusi tersebut memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Ia menyoroti beberapa langkah perbaikan yang signifikan dalam sistem di Bea Cukai, termasuk penggunaan alat pemindai peti kemas (X-Ray) serta pengembangan inovasi digital. Dua inovasi yang disebutkan, yaitu Self Service Report Mobile (SSR-Mobile) dan Trade AI, diharapkan dapat membantu mempercepat proses pelayanan.
Dalam konteks ini, Purbaya menegaskan pentingnya layanan yang semakin efisien dan transparan. Ia memperingatkan bahwa jika tidak ada perbaikan yang cukup signifikan, konsekuensi berat bisa menghampiri, termasuk kemungkinan pembekuan.
Pentingnya Kecepatan dan Sederhana dalam Pelayanan Publik
Pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha harus menjadi prioritas utama, dengan penekanan pada kecepatan dan kesederhanaan. Komitmen pihak Bea Cukai dan Kementerian Keuangan adalah untuk memenuhi standar tersebut, dan hal ini mencakup perbaikan berkelanjutan dalam sistem yang ada.
Purbaya juga menambahkan bahwa meskipun ada tantangan yang dihadapi, Bea Cukai telah menunjukkan respons yang cepat dalam beberapa minggu terakhir. Dia mengakui kemampuan pegawai yang ada di institusi tersebut, dan menyebutkan bahwa dengan sedikit dorongan, mereka bisa melakukan perbaikan yang signifikan.
Penggunaan teknologi, seperti X-Ray baru yang mampu mendeteksi bahan berbahaya, diharapkan bisa meningkatkan keamanan dan transparansi dalam pengawasan barang. Ia percaya bahwa penerapan sistem ini akan menutup celah yang selama ini bisa dimanfaatkan untuk praktik kecurangan.
Inovasi Teknologi yang Mendukung Operasional Bea Cukai
Alat pemindai kontainer yang baru, selain dapat mendeteksi bahan nuklir dan zat radioaktif, juga memungkinkan pemeriksaan yang cepat tanpa perlu membuka peti kemas. Hal ini akan menghemat waktu dan sumber daya dalam proses pemeriksaan barang yang masuk dan keluar.
Purbaya juga memperkenalkan Trade AI yang diklaim sangat canggih dalam membandingkan harga barang ekspor dan impor. Dengan adanya teknologi ini, diharapkan masalah seperti underinvoicing dapat diminimalkan, sehingga pelanggaran pajak dapat ditekan.
Selain itu, integrasi teknologi dalam operasional Bea Cukai juga mempersiapkan lembaga ini untuk lebih baik dalam menghadapi tantangan di masa depan. Penggunaan alat dan aplikasi berbasis teknologi diharapkan dapat mendukung efisiensi kerja dan meningkatkan akurasi dalam pengawasan barang.
Harapan Masa Depan untuk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Purbaya optimis bahwa dengan langkah-langkah yang diambil saat ini, kondisi Bea Cukai akan jauh lebih baik di masa mendatang, khususnya menjelang Maret tahun depan. Harapannya, masyarakat akan melihat perubahan signifikan dalam perlakuan dan pelayanan yang diberikan oleh institusi ini.
Dia mengungkapkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pegawai dan sistem yang ada, menegaskan bahwa perubahan positif bukanlah hal yang mustahil. Dengan dukungan dan komitmen yang kuat, Bea Cukai bisa menjawab tantangan zaman dan memenuhi harapan masyarakat.
Namun, jika perbaikan tidak berjalan sesuai rencana, Purbaya tidak segan untuk memikirkan langkah drastis seperti mempertimbangkan penggantian fungsi dan tugas Bea Cukai dengan lembaga lain. Keputusan ini dapat mempengaruhi banyak pegawai di institusi tersebut.




