Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Indonesia telah memutuskan untuk membangun ulang gedung Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang mengalami keruntuhan dan mengakibatkan tewasnya 67 orang. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan biaya yang lebih tinggi untuk memperbaiki gedung dibandingkan dengan membangun dari awal.
Menteri PU Dody Hanggodo mengungkapkan, “Prakiraan saya, bangunan yang warna hijau itu mesti lebih murah kalau dirobohkan.” Hal ini menunjukkan bahwa prioritas kementerian adalah memastikan keselamatan dan ketersediaan fasilitas yang layak bagi santri.
Seiring dengan proses perencanaan yang sedang berjalan, Dody menyebutkan bahwa anggaran yang diperlukan untuk membangun gedung ponpes dari nol masih dalam perhitungan. Namun, ia menjamin bahwa dana akan berasal dari Akun Pendapatan Belanja Negara (APBN), dengan kemungkinan dukungan dari pihak swasta.
Proses Perencanaan Pembangunan yang Teliti
Menteri PU menjelaskan bahwa meskipun anggaran umumnya merupakan tanggung jawab Kementerian Agama, kondisi darurat akibat ambruknya gedung ini menyebabkan Kementerian PU mengambil peran aktif. “Kita datang untuk membantu dalam keadaan mendesak seperti ini,” ujar Dody.
Proses perencanaan juga mencakup analisis mendalam mengenai desain dan struktur bangunan baru agar tidak terjadi insiden serupa di masa depan. Oleh sebab itu, kementerian akan melibatkan ahli dalam merancang bangunan yang aman dan tahan lama.
Dalam konteks ini, efektivitas penggunaan anggaran akan menjadi fokus utama. Dody menekankan bahwa dana yang digunakan harus transparan agar masyarakat dapat memahami alokasi serta penggunaan anggaran tersebut.
Inisiatif Keamanan untuk Pondok Pesantren di Seluruh Indonesia
Untuk mencegah kejadian serupa di tempat lain, pemerintah akan segera membuka layanan hotline untuk masyarakat agar dapat melaporkan kondisi bangunan, terutama di pondok pesantren. “Kita buka hotline, nanti dikasih tahu nomornya,” jelas Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Abdul Muhaimin Iskandar.
Layanan ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dan memberikan cara bagi masyarakat untuk melaporkan potensi bahaya. Dengan langkah ini, diharapkan akan ada respons cepat terhadap keluhan yang masuk.
Selain itu, inisiatif ini juga akan memberikan edukasi kepada pengelola pondok pesantren tentang pentingnya pemeliharaan dan perawatan bangunan. Masyarakat diharapkan untuk lebih proaktif dalam menjaga keselamatan lingkungan pendidikan mereka.
Pengalaman Tragis dan Upaya Pemulihan
Ambruknya gedung tiga lantai yang termasuk musala di Ponpes Al Khoziny terjadi pada saat ratusan santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjemaah. Kejadian tersebut menimbulkan ketegangan dan kesedihan mendalam di kalangan keluarga dan masyarakat sekitar.
Hingga saat ini, Basarnas mencatat total korban ambruknya gedung mencapai 171 orang, dengan 104 orang selamat dan 67 lainnya meninggal. Jumlah ini menunjukkan betapa seriusnya insiden yang terjadi dan dampaknya terhadap komunitas.
Pemerintah bertekad untuk melakukan pemulihan yang cepat dan efisien agar santri bisa kembali melanjutkan pendidikan mereka dalam lingkungan yang aman. Upaya pemulihan ini melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat, pemangku kepentingan, dan lembaga pemerintah yang terkait.